STORY TELLING
The Origin of Lake Sentani
A Tale of Wisdom, Nature, and Responsibility from Papua
Long ago, in the land now known as Papua, lived two young men from the Wally clan named Roo Wally and Habhoye Wally. They were close friends who often learned together. One day, they decided to deepen their knowledge by studying under a wise teacher named Holo Robhonnoye, renowned for his wisdom and understanding of nature.
At the teacher's house, they learned many valuable skills. Hob Robhonnoye taught them how to hunt, build houses, and, most importantly, find sources of water-an essential for survival. After some time, the two young men felt ready to return to their village.
Before they departed, Holo Robhonnoye handed them an Anggay, a stalk of nibun palm filled with water. While giving it to them, he offered stem advice.
Holo Robhonnoye: "Carry this Anggay carefully. Make sure it never touches the ground. If it does, you must immediately run to higher ground. Remember this well!"
Roo and Habhoye nodded firmly.
Roo Wally "We understand. Teacher. We will take good care of the Anggay."
Habhoye Wally: "We won't disappoint you."
With that, they began their long journey back to their village. Taking turns, they carried the Anggay with great care. Along the way, they were amazed by the natural beauty of Papua. They saw a variety. of animals, from birds of paradise to tree kangaroos.
Habhoye Wally: "Look at that, Roo! Such a beautiful bird of paradise. We're lucky to live in such
a magical land."
Roo Wally : "Yes, but remember the teacher's warning. We must not let our guard down."
Everything changed, however, when they came across a stunning cassowary.
Roo Wally "Look at that cassowary! I've never seen one so beautiful."
Habhoye Wally: "We have to catch it, Roo! This is a rare opportunity."
Forgetting their teacher's warning, they placed the Anggay on the ground and began chasing the cassowary. The bird ran swiftly into the forest, leading them farther away from where they had left the Anggay.
After hours of chasing with no success, they stopped, exhausted.
Habhoye Wally: "Roo, the cassowary is too fast! I can't go on."
Roo Wally "Neither can I... Wait! We left the Anggay behind!"
Shocked, they hurried back to the spot where they had placed the Anggay. But when they arrived,
they were met with a terrifying sight.
Habhoye Wally: "Oh no! The water is gushing out so fast! What should we do?"
Roo Wally
"The teacher said we must run to higher ground! Hurry!"
With all their strength, they ran up the nearest hill as the water continued to flow uncontrollably, flooding the valley below.
From the top of the hill, they watched as the water filled the valley, creating a vast lake. They realized their mistake and the importance of heeding their teacher's advice.
Habhoye Wally: "This is all our fault, Roo. If only we hadn't been so reckless and followed the teacher's instructions..."
Roo Wally: "We must leam from this, Habhoye. This lake will serve as a reminder for us and future generations."
Holo Robhonnoye, who heard about the incident, came to meet them.
Holo Robhonnoye: "My children, you have learned an important lesson. This land is full of wonders, but it must be respected. Your mistake has created something beautiful, but do not repeat it."
From that day on, the valley filled with water became known as Lake Sentani, which means "the lake of peace." Around the lake, beautiful cassowaries, like the one they had chased, can still be seen, as if they are part of the legend.
This story is passed down from generation to generation, teaching the importance of listening to wise advice, respecting nature, and maintaining balance in life.
Terjemahan
Asal Usul Danau Sentani
Kisah Kearifan, Alam, dan Tanggung Jawab dari Papua
Dahulu kala, di tanah yang kini dikenal sebagai Papua, hiduplah dua pemuda dari marga Wally bernama Roo Wally dan Habhoye Wally. Mereka adalah sahabat karib yang sering belajar bersama. Suatu hari, mereka memutuskan untuk memperdalam ilmu dengan belajar di bawah bimbingan seorang guru bijak bernama Holo Robhonnoye, yang terkenal karena kebijaksanaan dan pemahamannya tentang alam.
Di rumah sang guru, mereka mempelajari banyak keterampilan berharga. Hob Robhonnoye mengajari mereka cara berburu, membangun rumah, dan yang terpenting, menemukan sumber air—yang penting untuk bertahan hidup. Setelah beberapa waktu, kedua pemuda itu merasa siap untuk kembali ke desa mereka.
Sebelum mereka berangkat, Holo Robhonnoye memberi mereka sebuah Anggay, sebatang pohon nibun yang berisi air. Sambil memberikannya, ia memberikan nasihat tentang batang pohon tersebut.
Holo Robhonnoye: "Bawa Anggay ini dengan hati-hati. Pastikan tidak pernah menyentuh tanah. Jika sampai menyentuh tanah, kalian harus segera lari ke tempat yang lebih tinggi. Ingat baik-baik!"
Roo dan Habhoye mengangguk tegas.
Roo Wally "Kami mengerti, Guru. Kami akan menjaga Anggay ini dengan baik."
Habhoye Wally: "Kami tidak akan mengecewakanmu."
Dengan itu, mereka memulai perjalanan panjang kembali ke desa mereka. Secara bergantian, mereka membawa Anggay dengan sangat hati-hati. Sepanjang perjalanan, mereka takjub dengan keindahan alam Papua. Mereka melihat beragam satwa, mulai dari burung cendrawasih hingga kanguru pohon.
Habhoye Wally: "Lihat itu, Roo! Burung cendrawasih yang begitu indah. Kita beruntung tinggal di
tanah yang begitu ajaib."
Roo Wally: "Ya, tapi ingat peringatan Guru. Kita tidak boleh lengah."
Namun, semuanya berubah ketika mereka bertemu dengan seekor kasuari yang menakjubkan.
Roo Wally "Lihat kasuari itu! Aku belum pernah melihat yang secantik ini."
Habhoye Wally: "Kita harus menangkapnya, Roo! Ini kesempatan langka."
Melupakan peringatan guru mereka, mereka meletakkan Anggay di tanah dan mulai mengejar kasuari itu. Burung itu berlari cepat ke dalam hutan, membawa mereka semakin jauh dari tempat mereka meninggalkan Anggay.
Setelah berjam-jam mengejar tanpa hasil, mereka berhenti, kelelahan.
Habhoye Wally: "Roo, kasuari itu terlalu cepat! Aku tidak bisa melanjutkan."
Roo Wally "Aku juga tidak bisa... Tunggu! Kita meninggalkan Anggay itu!"
Terkejut, mereka bergegas kembali ke tempat mereka meletakkan Anggay. Namun ketika mereka tiba,
mereka disuguhi pemandangan yang mengerikan.
Habhoye Wally: "Oh tidak! Airnya mengalir deras sekali! Apa yang harus kita lakukan?"
Roo Wally
"Guru bilang kita harus lari ke tempat yang lebih tinggi! Cepat!"
Dengan sekuat tenaga, mereka berlari mendaki bukit terdekat sementara air terus mengalir tak terkendali, membanjiri lembah di bawahnya.
Dari puncak bukit, mereka menyaksikan air memenuhi lembah, menciptakan danau yang luas. Mereka menyadari kesalahan mereka dan pentingnya mengindahkan nasihat guru mereka.
Habhoye Wally: "Ini semua salah kita, Roo. Seandainya kita tidak sembrono dan mengikuti instruksi guru..."
Roo Wally: "Kita harus belajar dari ini, Habhoye. Danau ini akan menjadi pengingat bagi kita dan generasi mendatang."
Holo Robhonnoye, yang mendengar tentang kejadian itu, datang menemui mereka.
Holo Robhonnoye: "Anak-anakku, kalian telah belajar pelajaran penting. Negeri ini penuh keajaiban, tetapi harus dihormati. Kesalahan kalian telah menciptakan sesuatu yang indah, tetapi jangan diulangi."
Sejak saat itu, lembah yang tergenang air itu dikenal sebagai Danau Sentani, yang berarti "danau kedamaian". Di sekitar danau, burung-burung kasuari yang cantik, seperti yang mereka kejar, masih dapat dilihat, seolah-olah mereka adalah bagian dari legenda tersebut.
Kisah ini diwariskan dari generasi ke generasi, mengajarkan pentingnya mendengarkan nasihat bijak, menghormati alam, dan menjaga keseimbangan hidup.
10 kosa kata yang sulit
1. Renowned → terkenal, termasyhur
2. Essential → sangat penting, pokok
3. Terrifying → menakutkan, mengerikan
4. Gushing → menyembur deras (air keluar dengan cepat dan kuat)
5. Exhausted → sangat lelah, kehabisan tenaga
6. Heeding → mematuhi, memperhatikan dengan serius
7. Reckless → ceroboh, gegabah
8. Valley → lembah
9. Unheeded → diabaikan, tidak diperhatikan
10. Hut → gubuk
Komentar
Posting Komentar